Senyum dari Sebuah Perasaan
Haii,
Kemballi aku menuliskan kisahku dalam catatan kecil dalam blog ini. Kiranya tidak pernah bosan-bosannya membaca catatan kecil dari seorang Mari he-he-he. Dan saat ini aku ingin menulisakan rangkaian kata dari senyum yang kembali hadir dalam sebuah perasaan ini, sebuah perasaan yang cukup membuat kaget dikala situasi hati yang belum lama berlalu itu.
Jadi begini kisahnya, beberapa hari lalu tepatnya Sabtu, 07 Maret 2020 aku menjadi salah satu tim yang membantu mensukseskan hari bahagia dari Yanda Michael dan Bunda Elis, salah satu kawan sepelayananku di Pelkat PA Immanuel Jakarta (Guru Sekolah Minggu). Selesai pemberkatan mereka, aku sungguh terkaget-kaget karena suami (Om Harry David) dari salah satu Bunda Senior (Bunda Olla) menghampiriku dan meminta nomor WA ku untuk salah satu juniornya yang ada di kapal. Ekspresiku saat itu hanya terkaget dan senyum-senyum, he-he-he.
Kata-kata yang ku ingat dari Om Harry itu ialah catat dulu Bunda Mari nomornya, biar ku kasih ke junior ku di kapal. Marga Panjaitan dia, baik kok orangnya. Didalam otaknya hanya terlintas "waduuuuh, gokillll... Asliiiii....". Yaa, sekaget itu aku ha-ha-ha-ha. Setelah diminta nomor WA ku itu, aku senang namun tak ingin berekspektasi tinggi. Takut tak sesuai dengan realita, yaa sungguh seperti itu.
Lalu, siang hari tepat pukul 14:49 dia chat aku dengan kata "selamat siang, salam kenal". Asliii, lucu ngga sih? Ha-ha-ha-ha. Memulai dengan perkenal dichat itu, membuatku cukup senang dan terhibur sendiri. Sudah pasti senyum-senyum sendiri juga. Yaaa, makhlum yaaa. Kejadian beberapa waktu lalu dengan perasaan kecewa itu, dari kesedihan diganti-Nya senyum walaupun penuh pertanyaan.
Dari awal chat sudah ku tegaskan ke abang ini, iyaaa dia lebih tua 3 tahun dari usiaku. Hal yang ku tegaskan ke dia ialah, hal apa yang membuat abang itu mau dikenalkan padaku? Dia pun menjawab dengan to the point, ingin punya kawan perempuan dan kebetulan boru batak. Siapa tau jodoh. Saat aku membaca chat itu, kembali aku senyum-senyum he-he-he-he. Dan aku juga menegaskan ke abang itu, aku senang memulai sesuatu dengan kejujuran dan tau apa yang dituju (tujuannya). Karna kami berdua sudah sama-sama dewasalah ya, jadi untuk memulai suatu pendekatan memang perlu tahu apa tujuan mendekatkan diri.
Sejauh ini aku chatting dengan abang itu, aku merasa asik-asik aja sih. Walaupun sinyal menjadi kenal utama dalam kami berkomunikasi. Beberapa hari saling bertanya dan menjawab, aku merasa bersyukur sekali pada-Nya. Dia paham kemarin aku kecewa akan sebuah penolakan, tak lama Dia mendekatkan ku pada orang asing dengan cara unik yang sedang ku jalani. Unik dan aku senang menjalani proses ini.
Sekarang, aku mencoba membawa perasaan ini kepada-Nya. Menyerahkan pikiran dan hatiku hanya pada Tuhan. Biar waktu Tuhan yang boleh terjadi dalam kehidupan Mariana.Ya, kadang perasaan takut muncul, kekuatiran mendominasi, tapi aku gantinya semua itu hanya pada-Nya lewat doa. Makasih banyak Tuhan, Mari senang dan siap mejalaninya.
-Mariana-
Komentar
Posting Komentar