Mungkin Terulang Namun Tak Takut Lagi...
![]() |
Haiiiiiii...
Rindu kali loh aku nulis, sudah banyak draftku tadi selalu stuck dan akhirnya tak ku lanjutkan kembali he-he-he. Maklumlah yaa, makin tua makin banyak yang dipikirkan dan mulai pelupa lagi nih aku ha-ha-ha. So, daripada aku membahas makin tua dan pelupaku ini skuylah...
Iyaap, hati dan pikiranku beberapa waktu terakhir ini memang tak terarah dengan baik. Banyak takutnya, banyak kuatirnya, banyak bingungnya, pokoknya banyak deh. Dan yang buatku bingung lagi kenapa aku jadi ngerasa bukannya terselesaikan malah terasa nanggung. Rumit sendiri deh aku rasa. Mungkin ini yaa sindrom 25 tahun ha-ha-ha-ha.
Namun dari semua yang ku bingungkan itu, yang ku takutkan itu, dan yang kuatirkan itu serasa dapat ku jalani kalau aku fokus berdoa. Jujur, beberapa waktu terakhir ini aku jarang jalankan waktu teduhku. Berdoa sekedarnya, makanya banyak takut dan kuatirnya diriku. Benar yaa, kita tidak bisa jauh dari DIA Sang Pencipta yang Kudus. Dan aku sering banget jatuh dihal ini dan suka ngeyel. Benar yaa, sabar dan baik banget Bapa pada anak-Nya.
Takut dan bingungku tak beralasan, semua bermula ketika ekspektasi terlampau tinggi namun realitas masih nyaman menapak dibawah. Yaa, apalagi kalau bukan tentang hati ha-ha-ha-haaaa. Iyaa, dia (si abang) yang telah sebulan lebih didarat namun tak kunjung bersua denganku. Dia yang tak berani beranjak jauh dari rumah karna pandemi Covid-19, dan dia yang tak mendapatkan izin dari orang tua nya untuk jauh dari rumah. Iyaa, paham kok aku pada situasi itu. Orang tua harus didengarkan omongannya.
Selain itu, aku bingung harus bagaimana saat ini. Ketika menjalani sudah setengah hati rasanya tuh tak mengenakan, asliii deh. Kualitas komunukasi kami pun sekedar, ini kurasa yaa. Tak ada pembahasan, semua sudah habis diawal. Yaa, mungkin aku yang tak sabar dan terlalu berapi-api diawal. Sampai akhirnya lelah dan kebingungan sendiri.
Ketika ku cerita apa yang kurasa pada orang yang menjembatani (Om Harry David) kami, sebenarnya cukup lega kurasa. Setidaknya aku tak salah bercerita apa yang kurasa tentang dia ke orang yang menjembatani kami. Sabar jadi kunci dan berdoalah pada-Nya, itu kata orang ini. Iyaaa, mungkin aku yang tak sabar kali yaaa. Aku yang terlalu takut dengan kisah lalu-lalu yang masih membayangi. Ah sudahlah, pusing berspekulasi terus. Pusing berkutat dengan pikiranku sendiri. Toh, abang itu juga mungkin tak memikirkan ku ha-ha-ha.
Namun dari semua yang kutulisan diatas, satu yang buatku rindu. Aku rindu waktu teduhku dan waktu ibadah ku kepada-Nya digereja. Asli, rindu banget aku. Rindu hari minggu yang full seharian digereja. Rindu doa digereja yang sampai air mata jatuh yang sudah tak kuat kutahan. Rindu aku bersekutu dan memuji nama-Nya lewat nyanyian/puji-pujian. Mungkin itu yaa yang buat ku kuatir, takut dan bingung. Kualitas komunikasiku pada-Nya menurun, dan aku malah fokus pada abang yang nampak sekedar. Padahal DIA ingin aku intens pada-Nya. Maafkan aku Tuhan. Aduuuuhh Mari, yuk ah fokus ke DIA aja. Yukkk....
Terus keinget ayat Alkitab saat ini, Roma 12:12 "Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa!". Yuk, semangat lagi Ri! Bersukacitalah dan teruslah berdoa pada-Nya. Kegalauanku saat ini bukan sekali yang dirasa, dan selalu selesai dengan lewat pertolongan kasih-Nya. Semangat Mariana! 💪😊💚
Komentar
Posting Komentar