Lega
Haiiii,
Apa yang terlintas ketika semua berubah? Siapkah menerima perubahan? Butuh waktukah untuk menjalani perubahan? Lalu, perubahan itu berdampak buat hidup yang dijalani saat ini?
Semua pertanyaan itu muncul padaku saat ini. Beberapa waktu terakhir ini aku menjalani hal itu. Berapa diantaranya cukup mengganggu alur pikiranku, sampai akhirnya aku sendiri sulit untuk mengaturnya. Semua itu berawal dari hati. Lalu, kenapa dengan hati ku? Jadi giniiiii.....
Tulisanku di waktu lalu yang menggambarkan perasaan suka ku kepada seseorang itu akhirnya ku nyatakan kepadanya. Ku sampaikan bahkan kutulis dalam selembar kertas lalu ku tuangkanlah semua perasaan itu didalamnya. Dari semua itu, apakah ku lega? Saat itu aku lega menyampaikan hal itu. Sampai akhirnya semua kelegaan ku berujung. Semua itu berujung dengan sebuah penolakan. Yaaa, akhirnya aku kembali jatuh. Jatuh dengan tema yang tak berbeda, namun dengan tokoh yang berbeda dan kasus yang berbeda pastinya.
Hal pertama yang ku lakukan saat itu adalah mencoba tegar. Ku coba atur semua pikiran-pikiran ku untuk dewasa. Sulit rasanya menyembunyikan tangis ini, sulit rasanya mengelak tanpa bersuara, sulit rasanya untuk menerima rasanya penolakan. Dan semua itu aku rasakan tanggal 02 Februari 2020, angka yang dinilai spesial dan unik. Tapi buatku itu adalah hari dimana hatiku campur aduk rasanya. Asliiiii. Bagaimana kelanjutannya sekarang? Apakah sedih? Atau ada hal lain yang dirasakan? Saat ini aku bingung harus jawab apa. Jika dibilang sedih, pastilah sedih. Bila dibilang sakit, pastilah sakit rasanya. Tapi entah kenapa semua seakan lempeng saja. Mengalir saja, aku pun bingung.
Dalam hati kecilku, saat kesedihan mendengar hal itu aku seperti merasakan penguatan. Merasa mendapat perlindungan, dan kekuatan untuk tidak larut dalam kegalauan yang mendalam. Seperti ada yang berbisik Mari bisa menjalaninya. Yakin dan percaya Tuhan membimbing Mari. Iyaaaa, semua seperti lancar dan Mari merasa bersyukur. Kebetulan waktu ngobrol itu hari minggu, Mari tak ingin pergi ketempat lain, tak ingin menghibur diri jalan atau melakukan sesuatu. Dipikiran ku saat itu hanya aku harus berdoa dan datang kepada-Nya.
Sepanjang ibadah barulah tumpah air mataku. Tak sanggup lagi ku tahan air mata ini, berawal dari berkaca-kaca sampai turun ke pipi ku. Semua ku bawa didalam Dia yang dari awal aku tidak pernah lupa untuk cerita dan bilang apapun yang ku rasa kepada-Nya. Semua perasaan senang, kagum dan ingin mendekatkan diri. Dialah tempat ternyaman dan terbaik saat aku mengutarakan semua itu. Dia adalah Tuhan ku. Tuhan Yesus yang pimpin langkah ku.
Sekarang sudah lega? Ku rasa cukup lega bagiku. Kenapa ku bilang cukup lega, karena ku rasa butuh waktu untuk terbiasa dan Tuhan membuat aku belajar akan hal ini. Banyak hal yang ku dapat dari keberanianku untuk mengutarakan sampai akhirnya tak dapat berjalan berdampingan. Ketika ku boleh sharing akan hal ini, aku merasa makin kuat dan berani. Semakin bersemangat kembali dalam melakukan apapun, karna ku tahu Dia menyertai ku. Dia melindungi ku, Dialah Tuhan yang hidup.
Proses pendewasaan diri yang Tuhan atur memang unik caranya. Bahkan membuat aku terheran-heran. Dia selalu baik dan terus baik, bahkan mengasihi kita semua. Semangat mengundang Dia dalam kehidupan kita. Tuhan izinkan semua itu terjadi untuk menguatkan kita. So, semangaaatttt Mariiiii, semangat tersenyum merekah ... :)
Komentar
Posting Komentar